Semua dimulai dari Will


Hari ini kami sedang sibuk sekali unpacking merapikan barang-barang pasca pindahan, rasanya seperti membawa keluar anggota kebun binatang, dari kardus seberat anak gajah hingga kardus seringan anak kancil semua ada. Tapi namanya juga barang pindahan, semua punya massa, beban yang harus diangkut.

Pagi saya habiskan dengan menyortirnya, hati meminggirkan rasa malas, tangan dan otak bekerja mengatur klasifikasi mana barang yang akan disimpan,mana barang yang akan dipakai saat itu juga, mana yang akan diberikan ke yang lebih membutuhkan, satu persatu gunting merobek lakban yang menempel, mata berbinar-binar menemukan baju lima belas kilogram yang lalu, jarik untuk menggendong bayi bayiku. Album juga pigura berisi gambar hari perkikahanku, Hati pun kembali menjalankan tugasnya..  ia yang menegurku “udah woy jangan kelamaan nostalgianya, buruan beresin..”

Menuju malam hampir semua box sudah disortir. Saatnya mengangkut pakaian dan kain kain untuk dicuci, saatnya mengangkut dus dus lama ke gudang di lantai dua setengah.

Kalau pagi cukup dengan geser menggeser, maka sekarang kami harus mengangkat kotak kotak berisi buku kuliah engineering yang alamak beratnya kayak ulekan ditumpuk-tumpuk kemudian harus dibawa berbarengan, belum lagi remari, rak-rak juga barang pecah belah. Kami bolak balik kesana kemari, kadang mengangkat bersama. Bapak suami yang tadinya kuat di kardus kesekian akhirnya minta istirahat juga. Ia duduk menyeruput teh kotak dingin, pekerjaan kami hampir selesai.

sembari menjemur baju baju yang baru selesai dicuci, aku menyadari bagaimana kami manusia-manusia couch potato ini ternyata lumayan juga ternyata, selama berumah tangga tiga-empat kali pindahan kami kerjakan bersama..


Will kami yang sehari hari sering dikorupsi tapi tetap brusaha bergerak

Will orang modern yang seringnya ingin praktis dan anti repot, yang tanpa disadari ternyata kerepotan jugalah yang akan mendatangkan kemudahan di kemudian hari.

Will, yang kuingat ada di tugas-tugas yang diberikan bidanku agar dapat melahirkan nyaman minim trauma: jalan kaki, squat dan sederet tugas tugas lainnya yang rasanya bikin aku menderita. Namun akhirnya, manfaatnya dapat kureguk juga, aku punya daya untuk melahirkan manusia ke dunia.

Will, kini kumengerti daya itu mengalir deras di usia anak-anakku sekarang, dan aku diberi tugas untuk kelola dan pelihara, untuk bekal mereka kelak nantinya.

Will ternyata tak bisa dipetik dari kerja semalam saja, will adalah langkah langkah kecil yang diusahakan setiap harinya.

maka kini, untuk hari-hari yang diwarnai dengan atraksi sirkus, hari hari yang sombong banget kalau kubilang ringan, bersama kita menemani anak-anak jumpalitan, dari kesemua itulah ternyata otot ini lebih lentur, hati ini lebih cair, dan tangan ini lebih ringan..

Aha moment kemudian datang. Ku teringat Al - insyirah.. 

fa inna ma’al-‘usri yusrā
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan


Kumengerti kini, ternyata kesulitanlah yang mengantarkan kita pada kemudahan.

Kumengerti, ternyata kemudahan hadir bukan dengan ongkang ongkang kaki menunggunya datang , kesulitanlah yang membuka jalan untuk kemudahan hadir kelak.

WILLing - Feeling - Thinking

Semua dimulai dari WILL
bahan bakar bernama kemauan yang memampukan manusia memberikan maknanya di dunia. 

Komentar

Postingan Populer