An insightful talk with Miss. M
Aku ketemu Miss Mahrukh ini rasanya de javu, kayak abis ngobrol sama Robin Lim. Nope, Miss Mahrukh belum jadi CNN hero, dia hanya school teacher yang perduli pendidikan. Tapi pemikirannya itu perlu dimiliki semua guru, semua ortu. She's an inspiring educator. Read more about her here
Siang itu saya dan Miss M ngobrol-ngobrol tentang banyak hal yang berhubungan sama concern saya sebagai orang tua. Beliau adalah principal di sekolah Millenia Waldorf yang saya kunjungi Jumat kemarin. Ada beberapa highlight yg bikin saya berpikir ulang tentang tujuan pendidikan anak.
Tentang Pelajaran Agama di Sekolah
Secara pribadi saya memang lebih cenderung akan menempatkan anak saya ke sekolah umum supaya Ayesha bisa belajar menghargai perbedaan. Memang di dunia kan ini kita hidup berdampingan dengan banyak orang yang berlatar belakang yang bermacam-macam, bermacam daerah asal, bermacam budaya, bermacam kebiasaan, kepinginnya ntuk menjadi contoh juga.. Begitulah diantara tanda-tanda kekuasaan Allah, bahwa yang hidup di dunia ini bukan hanya kita aja. Jadi kita harus buka pikiran seluas-luasnya, memberi kesempatan diri kita untuk belajar menempatkan diri.
Walaupun begitu, dalam hati kecil kok ada rasa bersalah ya kalau ngga masuk sekolah islam, as if I'm not a good parent (padahal insecure juga takut dibilang liberal) Makanya aku nanya ke beliau kenapa gak memilih untuk ngajarin agama di sekolah Waldorf ini.
Dan jawabannya Miss Makhrukh adalah, "because I think religion should be taught by parents".
You cannot teach value by telling, you have to show. What you teach in school is not Islam, it is routines.
Islam is more about emphaty, kindness, truth, compassion.. Islam is the most beautiful religion. *gw mo nangis dengernya*
When you see kids don't obey the rules (especially to little kids) don't say "Allah will be mad at you, you're going to hell" Say Allah loves you so much, Allah makes the rules because he loves you.
How much Allah loves you?
Allah love you as much as the love of your mom to you times infinity. Allah is so forgiven, Allah love you so much, He cannot bear to not forgive you.
And if you want to enter jannah, do the good deeds it by yourself. That's how you teach the kids.
Balik lagi, parenting itu pilihan masing-masing orang tua. But I'm so agree with her. Kalo kita mau masuk surga, ya mulai dari diri sendiri, mau anak ngafal quran, hafalin juga sendiri, mau jadi anak beragama, ya jadilah orang tua yang beragama.
Highlightnya adalah bahwa tanggung jawab orang tua bukan hanya supaya anak bisa bacaan shalat dan tau doa-doa, tapi yang penting supaya anak di masa depan rajin shalatnya. Bukan cuma bisa, tapi maunya dia jadi cinta.
Aku berasa ketampar somehow.
Soal tutup aurat.
Di balikpapan waktu lg kunjungan ke sekolah alam berbasis islam, gurunya memaparkan bahwa hafalan hadist adalah salah satu program 'andalan' di sekolah tersebut. . "jadi bu, kalo ada yang buka jilbab nanti temen2nya akan otomatis rame-rame bacain hadistnya". Begitulah kata bu guru.
Serem amat.
So what's miss Makhrukh's tought about hijab?
"I think everyone has its own time about hidayah, we have to respect that"
My daughter saw me wearing hijab every day. One day when she was in fourth grade she told me that she wanted to wear hijab.
I said, "why do you want to wear hijab?"
" because you're wearing hijab.
" but I started wearing hijab when I was in the tenth grade."
"Well I want to start now"
"but first you have to know that once you are covered, you cannot take it off. Hijab is not something that you can wear now and take off later. If you want to wear hijab you have to wear full sleeve and full skirt. Think about it, you can comeback to me later"
Lalu anaknya do all the research anaknya akhirnya memutuskan pake jilbab dong, atas kemauannya.
Masha Allah. Ketika kamu kasih respect penuh ke anakmu, ternyata dia bisa jadi manusia seutuhnya yang mau menentukan pilihan dari hatinya. Gak ada paksaan, apa yang dilakukannya ya buat dia sendiri.
On Enjoying life as a mother.
"Miss, sejak kecil kan aku udah ngajak Ayesha melakukan activity practical life, nah pas anaknya diajak bersih-bersih rumah kok gak mau ya? "
"Ngga usah diajak, lakuin aja nanti dia ngikutin"
"tetep gak mau ikutan kok, miss "
" mungkin your face didn't look happy when you do the housework"
*praanggg*
*suara kaca pecah*
Yaampun..
kok telat amat taunya, lah gue aja tampangnya kusut mulu kalo beberes gimana anaknya mau suka juga diajak ngelakuin pekerjaan rumah..
Miss makhruf bilang kalau di Waldorf ada yg namanya daily rythm (yang kalau digambarkan seperti kegiatan rutin sehari hari) anak-anak diajak nyiapin makanan, taruh2in piring dan gelas, makan sama-sama, bantu beresin dan cuci cuci. Dan itu ada nyanyinya,sajaknya dilakukan sama-sama. Nanti pelan-pelan anak jg mau, imitate others.
Dailly Rythm ini kedengarannya hanya seperti jadwal biasa aja, tetapi sebetulnya mengajarkan konsistensi, kegiatan sehari-hari menjadi tertib tapi tetap bisa dinikmati karena ada sajak sajak dan lagu lagu tadi, secara otomatis anak akan tau sendiri bagaimana working in sequence.
Kalau kita membaca sajak-sajaknya Waldorf isinya ya kira-kira tentang ucapan terimakasih pada semesta, kebiasaan ini bagus buat ngajarin anak untuk bisa appreciate hal yang dia dapatkan, saya ingat guru ngaji saya selalu menambahkan doa sebelum makan dengan "Ya Allah shalihkanlah yang memakan dan yang mendatangkan makanan ini", dan sekarang ke Ayesha pun biasanya saya makan sambil cerita "darimana datangnya nasi.." it works most of the rime kalau lagi susah makan..
Satu hal lagi, aku jadi nyadar, dari kecil anak udah ngajarin kita untuk ngelakuin apapun dari hati. Even kerjaan repot pun harus dinikmati, klo nggak capek amat idup.
Menikmati apa yang kerjakan itu adalah cikal bakal dari optimisme, membesarkan generasi yang punya itikad baik dan percaya kalau dunia ini akan punya masa depan yang lebih baik.
Semua perjalanan parenting rasanya berputar flashback ke belakang, wondering if I wasn't doing my job as a stay at home mom professionally.
Hari itu rasanya semua dikembalikan lagi ke diri sendiri, nggak kepikiran lagi soal gimana ayesha, tapi gimana aku sebagai ibu.
Jadi, perdamaian dunia itu bukan cuma misinya Miss Universe ya, sis. Itu misinya kita. Ibunya anak-anak. The world needs kindness urgently.
Komentar