Fridem yang ekornya responsibiliti
Salah satu hal yang baru kerasa setelah jadi orang tua adalah dorongan ingin memberikan yang terbaik untuk anak, salah satunya adalah melalui pembuatan keputusan pada pilihan-pilihan yang diharapkan akan menjadi bekal hidup untuk sang anak.
Dulu di usia anak pertama sekitar tahun 2014-2018an, dunia anak di kalangan awam terasa sangat kompetitif dan konsumtif, aku adalah salah satu Ibu yang banyak keseret arus tuntutannya, jujur aja aku jadi ikut terbawa kekhawatiran apakah anakku dapat berkembang dengan baik, dalam topik besar tentang kebutuhan stimulasi sedini mungkin. (Ga heran kalau banyak yang menuai buahnya sekarang: dunia yang overstimulating, juga isu-isu learning difficulities). Dan pilihan-pilihan tersebut seringnya ada di area pendidikan, kesehatan, dan tak jarang soal agama.
Se-mainstream kita ingin anak segera jago akademik tapi kapasitas tubuhnya, dan kemauan dari dalam dirinya (will) lupa untuk ikut dimatangkan dengan seimbang. Agama yang mestinya tentang values dan spiritualitas, ujung-ujungnya diintelektualisasi juga.
Energi banyak habis di berpikir.
Banyak refleksi yang dilakukan setelahnya, tentang kemampuan alami manusia untuk belajar. Lalu apa yang penting? Apa yang perlu diutamakan? dukungan apa yang perlu diberikan?
Pertanyaan-pertanyaan ibu-ibu galau yang untungnya mengantarkanku di titik yang lebih melegakan di hari ini
Orang tua tentu ingin anaknya cakap (bukan hanya cakep 😛) dan mandiri. Tadi ketika anakku sedang menikmati buku bacaan, aku mendapatkan “aha moment” tentang apa itu mandiri💡
Rasanya, bagian dari mandiri juga termasuk punya kemauan untuk bereksplorasi, belajar, membuka diri untuk hal-hal baru, melakukan hal-hal bermakna dan berkontribusi untuk kehidupan atas kemauan sendiri, DARI DALAM DIRI ( temen saya suka pake istilah inner-calling). Bukan dr dorongan, paksaan ataupun iming-iming dari luar. (Semoga tidak terdengar bitter)
Ternyata Independent = Freedom💡
(Apakah itu mengapa hari kemerdekaan dinamakan “Independence day”?)
Semoga kita ngga akan terlalu khawatir apakah anak kita akan bisa dan terampil. Karena yang lebih penting apakah anak-anak kita mau; mau mencoba, mau berusaha, tahan melawan rasa malas, dan bisa cukup persisten, juga kuat bangkit kalau gagal. Semoga begitupun dengan kita 🫶🏼
Komentar