Clay modelling therapy

Sore tadi.
Dengan sekuat tenaga dan hati setengah ngedumel saya membuat bola besar dari clay, sembari berpikir "ngapain gw ngeremet-remet tanah lempung gini" 😑 sembari mendengarkan cerita grace dalam pengalamannya bootcamp training Waldorf di Bandung bulan lalu.

Clay modelling menjadi salah satu bahan workshop yang dijalani dalam kategori kegiatan arts, hasil bentukan clay ini nantinya berupa benda tiga dimensi.

Ketika diolah dengan tangan ia terasa dingin, halus, tapi padat. Persis seperti bagaimana seharusnya diri kita sebagai ibu, soft but firm. Kalau bu robin bilang being soft and strong at the same time.

Saya mengikuti grace yang mulai membuat beruang-beruang dan gadis berambut emas *lalu ayesha mampir sebentar cuma untuk bilang "Wah bubu bikin kucing! * asem😑

Setelah beberapa menit entah kenapa saya menikmati usaha saya yang pelan pelan mau coba bekerjasama dengan si clay ini, dengan hati hati setiap detail menjadi tangan, kaki, bagain permukaan diusap agar cracknya menjadi halus.

Grace bilang, proses membuat karya seni adalah proses kita mengenal diri sendiri, otak bekerja sama dengan tangan lewat "handwork", di situ kita butuh fokus, butuh berpikir jernih, hati-hati tapi terus berproses, sehingga outputnya nanti akan menjadi buah karya yang indah, dan keindahan dari hasil jerihpayah akan menumbuhkan empati. Such a wonderful philosophy.

Seni sering dianggap milik kalangan tertentu, padahal kecintaan pada keindahan sudah bagian dari hakikat manusia, bahwa proses membuat keindahan adalah milik semua orang. Siapa aja boleh, kak. Proses membuat dan menghargai keindahan bikin takjub, jadi proses mengenal Sang Pencipta, Ia Agung luar biasa❤️

Komentar

Postingan Populer