Our Daily Rhythm

Keseharian selama liburan kemarin bikin Ayesha nggak jelas banget, she looked irritated, bosenan, setiap hari ada aja jadwalnya kami pergi, kalau di luar ngeluh capek, di rumah bilang bosen.

Jadi, sepulangnya kami ke Balikpapan I was thinking "I need structure". Perkenalan dengan miss rosi saat trial sekolah Waldorf di Jakarta menginspirasi banyak hal, terutama bagaimana membuat hari-hari mengurus rumah nyaman dijalani. *penting banget*.

Setelah dikenalin dengan konsep rhythm ini akhirnya keseharian berasa lebih secure, Ayesha mulai paham aturan dan gak terlalu demanding lagi. Ain't it all we 
want?



Kita manusia, beserta alam semesta yang sudah Allah ciptakan ini adalah "rhythmic creatures", detak jantung kita, bagaimana tubuh bekerja, bagaimana air mengalir, bagaimana dunia berputar dan musim berganti, semua diciptakan berjalan dalam siklus yang harmonis.
Majestic. Membayangkan Sang Pencipta pun membuat sistem ibadah wajib dalam pembagian waktu yang rhythmic, sebelum matahari terbit, ketika matahari pada puncaknya, ketika matahari turun, tepat di tenggelamnya matahari dan untuk mengakhirinya di langit gelap.

Artinya, rhythm memang sudah menjadi hakikat makhluk hidup. Bayangkan anak kecil yang gak faham baca jam, lihat kalender dan hafal hari, gimana kita bisa kasih gambaran ke mereka tentang bagaimana menjalani waktu, taunya cuma main makan tidur. Hari-hari sering gak jelas strukturnya, main susah selesai, tidur kemaleman, jam makan lari-larian.

Keseharian yang well-structured akan membuat anak-anak merasa secure, kita nggak ngomongin jadwal saklek dari jam sekian ke jam sekian, kita membicarakan tentang alur, ada waktunya fokus, ada waktunya main bebas, ada waktunya istirahat, ada waktunya makan, ada waktunya bersih-bersih, ada juga waktunya ibadah untuk ketemu pencipta kita.
Rhythm seperti ini dipikir-pikir akan gampang juga untuk bantu kita orang tua set rules and boundaries di rumah secara otomatis.

Sudah sebulan ini mencoba memberlakukan rhythm di rumah, gak langsung muter lancar, tapi asik juga ternyata, hari - hari lebih enak aja ngalirnya, ngajak ayesha melakukan ritual sebelum tidur pun gak pake berantem karena dia udah tau kalau dia udah pipis, sikat gigi dan ganti piyama berarti habis itu bubu akan cerita.


Rhythm of the day kami standar aja, rhythm pagi itu mandi sarapan lipet lipet selimut lalu main bebas sementara bubu masak, rhythm siang itu lunch dan istirahat, lanjut main, art and crafts, storytelling, rhythm malem cuddling sama bapak, makan, bersih bersih, storytime lalu tidur.

Ada lagi Rhythm of the week, hari senin bikin kue, selasa melukis, rabu playdough dan seterusnya. Hal inipun jadi ikut nyambung ke meal planning, karena ngajak Ayesha mau makan itu masih challenging. Maka Rythm pun dimasukkan meal planning, Senin ikan, Selasa tahu tempe, Rabu telur , Kamis ayam dan Jumat jamur, weekend jajan atau masak spesial.


Sarah Baldwin bilang, rythm is a gift for family. Aku setuju, yang diuntungkan adalah semua orang di rumah, buatku jadi gak repot-repot amat cari wangsit buat masak, Ayesha pun diberi kesempatan untuk kenal lebih baik tentang apa yang akan ia makan. Begitupun dengan kegiatan tematik setiap harinya, harapannya sih biar sedikit tapi diperdalam daripada terlalu banyak varian kemudian cepat bosan.

Tentunya ada hari - hari dimana keadaan akan berbeda, musti ke bank, musti belanja, musti vaksin, dan banyak interupsi lainnya. Tapi kan kita bisa jelasin bahwa rutinitas kita akan berubah sedikit karena suatu keperluan, kita udah tau lah.. Semakin well prepared semakin bisa diantisipasi. Itu hal yang aku respect dari Waldorf, sangat ngejaga fase transisi. Di kegiatan apapun dalam rythm pun sangat dianjurkan ada theme song-nya, again.. To ease the transition gently.

Beberapa key points yang disarankan dalam keseharian:
1. Gunakan lagu agar transisi mudah dan kegiatan bisa selalu dinikmati, contohnya ada disini. Ayesha paling suka lagu lipat lipat baju

2. Ada story telling
3. Practical life dijalankan langsung dalam kegiatan ngurus rumah, lakukan aja dengan gembira, children see children do.
4. Make room for arts
5. Ketika berdoa ajak banyak2 bersyukur
6. Atur jadwal sesuai kebutuhan, tapi kunci penting buat anak adalah repetisi. Lakukan rutin. Lakukan rutin.
Semoga berhasil :)

Komentar

Postingan Populer