Pergi ke Lokasi

03.00 Pagi.

Hujan deras luar biasa. Gemuruhnya bikin siapapun gak akan rela untuk sekedar menurunkan selimut apalagi bangkit dari tempat tidurnya.

"baby aku berangkat dulu " suami berbisik. dia sudah rapi, tasnya sudah siap berisikan laptop, keperluan kerja, charger, kamera pocket, pulpen bic tiga warna kesayangannya, fisherman's friends lemon, notes kecil dan juga beberapa helai pakaian.

Sementara agni masih gelisah karena nenennya dilepas, saya tepuk lembut hingga tenang, suami pamit pada kedua gadis kecil kami. "bapak berangkat ya" dikecupnya satu persatu.

Saya ikut turun ke bawah, pertama kalinya melihat hujan sederas itu dini hari, air meluap-luap. Di sudut hati ada rasa insecure yang sekuat tenaga saya sembunyikan di depan dia. Saya pikir, dia aja rela bangun tengah malam menempuh cuaca buruk melalui jalan darat menyetir selama delapan jam untuk bekerja. Harusnya saya nggak takut berjuang menjaga anak-anak kami di rumah sendirian.

Saya teringat bulan ini lebih dari dua tahun lalu saya ikut bersamanya ke sangatta, ke tempat yang akan dia tuju sekarang, saat itu bisnis alat berat diambang penurunan tapi kami masih sempat menikmati banyak fasilitas kantor. Kami diantar mobil travel sewaan, membawa serta ayesha yang masih berusia tiga bulan. Menginap di tanjung bara selama lima hari.

Sekarang setiap suami pergi tidak ada lagi banyak fasilitas yang bisa diharapkan, dia pergi menyetir sendiri menempuh berbagai medan berjam-jam pergi ke kota yang jauh dlentah ke arah utara atau selatan Kalimantan untuk urusan pekerjaan.

Saya menutup pagar, berpikir lama sekali, menitikkan airmata secukupnya lalu menghapusnya cepat-cepat. Memang begitulah kehidupan di sini, situasi ditinggal ke lokasi menjadi makanan sehari-hari para istri. Kedua pasangan menjaga amanah masing masing sesuai tugasnya. Bagi saya yang sudah empat tahun menikahpun masih ada rasa mellow setiap ia akan berangkat.

Dan sebetulnya gak enak melewati keadaan yang keluar dari kenyamanan seperti ini, tapi memang kadang mau nggak mau harus kita lewati. Walau nggak nyaman pun ternyata Allah beri kita banyak ruang untuk belajar dan bersyukur.

Bersyukur dalam keadaan bisnis tambang yang anjlok parah begini masih ada pekerjaan yang bisa digarap, bersyukur pekerjaan suami masih layak, bayangkan pak satpam yang harus menjaga warga dengan pos ukuran seadanya, tak berpintu tak berjendela. Bersyukur dalam keadaan pengurangan karyawan gila-gilaan masih ada pekerjaan untuk suami, bersyukur ayesha sudah lebih mandiri, bersyukur di tahun ini sudah ada agni si bayi kecil yang membuat rumah terasa tidak terlalu sepi.

Hari ini saya belajar untuk lebih menghargai hidup, mengingatkan saya ada harta berharga yang harus saya jaga. Hati-hati di jalan, bapak. Semoga Allah lindungi kita selalu. Lekas pulang ❤️

Komentar

Postingan Populer