Ayesha becoming toddler
Ayesha udah setahun! Yay :) artinya sekarang dia udah masuk ke stage 'toddler'. Anak ini jadi bener-bener gemesin, makin lucu, ceriwis, dan unpredictable!
Masuk ke fase ini waktu kami liburan di Jakarta (Ayesha ulang tahun pas Ramadhan), gak banyak kegiatan berarti yg bisa dia explore sehari-hari. Untuk membayarnya saya ajak Ayesha ke tempat rekreasi buat dia seperti Taman Safari dan Kidspace. Dua hal itu aja udah bikin dia kegirangan! Sebelumnya pun pas kita mudik ke Solok Aya banyak diajak melihat alam, saya masih inget betul expresi wajahnya menikmati angin berhembus di puncak kebun teh, juga expresinya yang takjub lihat padi menari-nari di sawah dekat kaki bukit. Pemandangan seperti itu udah pasti bikin ibu manapun bakal bertekad untuk ngajak anaknya bermain supaya kebahagiaan seperti itu hidup terus.
Seminggu yang lalu akhirnya kami pulang ke Balikpapan, ritmenya pasti berubah total dibandingkan Jakarta. Jadwal mainnya, jadwal tidurnya, siapa yg bisa diajak mainpun beda. Nggak ada eyang dan para om, hanya ada bubu di rumah. Untungnya hal yang ditakutkan kemarin gak terjadi, Ayesha mandiri banget selama ibunya ngurusin kerjaan rumah, disela waktu tidur siang saya sempet masak, dikala dia bangun pun ikut sibuk bantuin ibunya beberes. Sambil nenteng sapu yang tangkainya patah kemana-mana ikutan bersih-bersih. Sambil nenenin saya cari-cari artikel tentang aktivitas untuk toddler karena saya liat rasa penasaran anak ini lagi meletup-letup.
Sampailah pada konsep montessori, bermain di rumah, kemudian praktek sensory play yang bikin saya manggut-manggut. Saya selalu setuju dengan konsep follow the child, apalagi di umur sekarang yg kelihatannya malah kita yg belajar sama anak, cara berpikir mereka yg out of the box dan diluar nalar kita justru jadi inspirasi.
Sensory play sendiri setelah ditelaah sebenarnya merupakan ilmu rasa yang memberikan dia pengalaman, bukan "katanya". Inget waktu ayesha umur 8 bulan saya ajak ke pantai kegirangan ngaduk ngaduk pasir, kenapa gak saya lanjutkan? Dari kecil mama juga membiarkan anaknya belajar sendiri, mama ke dapur, mama nyuci, mama berkebun, mama ke toko..
Banyak aktivitas yang orang tua saya lakukan dengan memperlihatkan anaknya, apalagi saya anak pertama, pastinya mama mau saya sudah punya kecakapan sehingga bisa mandiri ketika nanti punya adik. Akhirnya ilmu tersebut memang terpakai ketika saya sudah harus hidup jauh dari mama semenjak lulus SD.
Untuk Ayesha, saya nggak mau ngepush dia secara berlebihan. Justru dengan kegiatan bermainnya sehari hari saya berharap Ayesha bisa belajar secara natural, belajar percaya diri dan menjadi anak yang bahagia. Dan dengan kegiatan yg diciptakan jadi bikin saya belajar juga, dengar harapan bisa mengenal potensi dan weakness anak sendiri, all in all I wanna be a bestfriend who always there for her. Karena pada akhirnya selain dari semua benefit yg didapat anak dari bermain, saya pun ngerasa manfaat ke orang tua gak kalah banyaknya, karena apapun yg dia lakukan tentu lain rasanya tanpa keberadaan orangtuanya mendampingi, selain bermainnya kerbersamaan juga penting, the love, fun and happiness we share is what really matter, dan dengan begini saya terdorong untuk lebih berempati pada Ayesha, kalo udah gini harusnya gak ada yg namanya anak dituntut jadi juara dan berprestasi.
Karena anak yg merasa terpenuhi batinnya, merasa dicintai, dan mengenali diri pastinya juga ingin menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri.
Komentar