Hari Kartini dan tentang Ibu Masa Kini

Menjadi Ibu adalah salah satu milestone luar biasa untuk seorang perempuan, awalnya saya melihatnya sebagai tujuan, tapi ternyata menjadi Ibu adalah permulaan ke kehidupan yang baru.

Seperti yang sering dibilang, once you've become parents your life will never be the same again.

Hari-hari saya memang gak pernah sama lagi, sekarang makin warna warni karena udah ada Ayesha, ada serunya tapi banyak juga ribetnya, anak ini seharian nempel kayak cicak Tapi giliran lepas saya terus yang nempelin diri ke dia cuma untuk menghirup harum nafasnya

Seandainya aja saya dengerin apa nasehat mama dari dulu-dulu, mungkin sekarang bisa lebih sigap. Banyak saya dengar perempuan yang ngerasain changing role dari wanita muda berkarya kemudian jadi ibu-ibu. Ada yang baby blues, ada yang stress menghadapi kegiatan sehari-hari. Di lingkungan saya yang orang minang hal seperti ini adalah bagian kehidupan,mama, nenek dan tante-tante sudah sigap menjalani tugasnya sebagai perempuan sejak sebelum menikah. Jadi ketika sudah jadi ibu-ibu ya santai aja seperti punya tangan lima. Walau kadang diselingi uring-uringan namun keadaan tetap terkendali, anak terurus dengan baik, pekerjaan dan bisnis lancar, suami pun gak pernah komplain karena sehari-hari hidangan di rumah selalu enak dan rumah selalu bersih. Gila apa ya.
Gak gampang, sungguh bukan mengeluh tapi emang sangat sulit, saya sadar betul memang kita para perempuan ini adalah multitasker yang handal. Sejak gadis saya sudah mulai sadar betapa besarnya tanggung jawab perempuan. Laki laki (katanya) bertugas mencari nafkah sedangkan perempuan mengurus keluarga dan rumah. Tapi toh keduanya gak akan hidup selamanya, kalau salah satu pergi duluan tentunya yang satu lagi harus menjadi satu satunya pilot dalam keluarga. Dalam cerita saya, yang pergi ayah duluan sehingga mama harus memutar otak agar anaknya bisa tetap kuliah.

Masih banyak anggapan tentang bagaimana akhir dari karir perempuan nantinya berujung di rumah, lalu buat apa sekolah tinggi-tinggi? Hei.. KPI aka Key Performance Indicator kita tidak main-main loh! Yang dididik itu manusia, yang dibangun itu keluarga. Ketika anak-anak nantinya harus jadi orang yang bermanfaat bagi sesama itu tanggung jawab siapa kalau bukan kita. Kalau melihat para peserta Indonesia mengajar kadang bingung kenapa juga harus anak-anak karir oke dan IPK tinggi yang harus mengajarkan hal kecil pada anak anak usia dini di pedalaman? Karena umumnya pendidikan tinggi lah yang memberikan kita rasa empati dan naluri untuk menyentuh dari lapisan paling bawah. Sementara yang berpendidikan rendah masih harus sibuk untuk survive. Jadi buat saya gak rugi udah sekolah tinggi sampai sarjana karena anak saya memang butuh sarjana untuk mendidiknya dan membekalinya ke masa depan. Mbak Dian Satro aja bilang, berkarir atau tidak adalah pilihan tetapi menjadi Ibu yang pintar adalah mutlak.

Jadi, para perempuan, atas keistimewaan kalian yang sudah diberkahi Tuhan, bersiaplah dan nikmatilah..selamat hari Kartini!



Komentar

Postingan Populer