Difficulty in Learning
Ada sebuah istilah yang mulai aku kenal sejak anakku bersekolah: learning difficulty.
Belum cukup kalau sebelumnya ku pikir manusia itu hanya tentang kepintarannya atau kekurangpintaranya. Sejatinya, manusia selalu punya dorongan untuk mengenal dan memahami hal baru, manusia membutuhkannya untuk beradaptasi dan selamat hidup di dunia. Yang membuat proses belajar terhambat seringnya bukan karena keterbatasan kita dalam memahami, tapi ada juga faktor-faktor yang menghambat proses belajar itu sendiri.
Bukan hanya anak-anak, manusia dewasa pun masih mengalami kesulitan belajar, entah di sekolah atau bukan, kehidupan sehari-hari adalah bahan pelajaran yang perlu kita cerna dan lampaui, supaya kita bisa jadi lebih baik dari sebelumnya.
Hingga hari ini, selama masih diberikan waktu untuk hidup, rasanya manusia takkan lepas dari tantangan akan penerimaan diri, kesabaran, ego, dalam tingkatan yang berbeda-beda. Kita masih selalu dalam proses mengelola rasa tidak nyaman dan berupaya memahami, pelajaran apa yang perlu ku ambil dari pesan ini?
Konon hidup adalah perjalanan pemurnian diri. Kita lahir dengan ketidaktahuan, awal bertumbuh untuk selamat dari pemenuhan kebutuhan makhluk hidup paling dasar, hingga kemudian terus bertumbuh menjadi makhluk yang hidup bukan hanya untuk kenyang dan senang. Ada tugas yang lebih bermakna untuk dikerjakan, yaitu menjadi kebaikan bagi dirinya dan sekelilingnya, dan itu dapat ditempuh melalui kesadaran akan siapa diri kita yang sejati. Tugas ini bukanlah hal yang mudah. Manusia akan dihadapkan pada ujian demi ujian sebagai kesempatan untuk meluruhkan segala ego dan kemelekatan yang perlu dilepaskan. Pemurnian diri akan mengasah kita untuk memastikan bahwa segala yang kita kerjakan adalah untuk tujuan yang tulus, apapun prasangka dan penghakiman dari luar sana.
Tidak mudah, mungkin itulah yang namanya learning difficulty. Sampai hari ini aku masih sering merenungkan tentang apa yang menghambatku belajar (juga berarti membuat perubahan). Sambil mengalami, aku juga sambil membersamai anak-anakku yang kerap mengalami kesulitan, entah dalam memahami hal-hal yang baru dikenalnya, ataupun dalam membangun kebiasaan-kebiasaan baik. Dalam prosesnya aku menemukan bahwa perubahan memang benar perlu lahir dari kemauan sendiri, dan itu didukung oleh welas asih pada diri dan dari orang terdekat. Bahwa kita masih terus berusaha, bisa salah, bisa lupa, tapi mau terus mencoba di hari berikutnya.
Buat semua yang lagi berproses, hang on there and take it easy. Aku sambil berkaca ketika aku bilang ke anakku yang menahan kesal ketika diganggu teman, atau ketika frustasi sama susahnya Matematika, "kamu akan lebih baik dari sekarang, kamu akan lebih paham, kamu akan lebih kuat."
Ada sebuah quote yang kucatat dari buku berjudul Human Kind karya Rutger Bregman, "The basic ingredients for evolution of life are straightforward: you need lots of struggle, lots of suffering, lots of time"
Belajar memang ga selalu enak, tapi ini adalah proses alamiah, dan aku yakin kita akan mendapatkan keringanan dari meluruskan niat, banyak doa, terhubung dengan-Nya, dan being gentle to ourselves.
Semoga dengan kelapangan dan keterbukaan kita untuk menerima –sekalipun hal yang sangat kita benci, segala kesulitan belajar dapat ikut meluruh bersama ego, dan semoga dengan seizin-Nya, kita diluluskan pada ujian demi ujian. Kita semua adalah a work in progress.
Komentar