Somatic Yoga hari ini
Biasanya kalau lagi ngga di Bandung, aku akan cari kelas yoga yang deket dan available. Apa aja asal gerak.
Tapi sejak kenal Somatic Yoga selama setahun terakhir, aku merasakan pengalaman yang lebih deep dan meaningful dari ilmu gerak yang selama ini aku jalani. Yang aku cari adalah komunikasi yang lebih lancar dengan diri, sehingga olahraga bukan hanya sesuatu yang performatif, lebih dari sekedar kerja otot (which is bagus banget tapi kebutuhanku udah lebih dari itu). Dengan komunikasi antara fisik dan emosi yang lebih jernih, aku bisa memberikan pemenuhan kebutuhan diri dengan tepat yang optimal.
Maka ketika ada undangan ngabsen kehadiran Somatic Yoga rutin di Ruang Putih, aku DM Mba Yuli, guruku, apakah berkenan memandu via online, dan beliau dengan senang hati menyediakan diri. Sore ini, dari rumah Eyang di Serpong, kami terhubung via Google Meet.
Dengan kodisi tubuh yang masih belum pulih dan gesit betul, rasanya ngga mudah untuk mengajak badan ini bergerak lagi, cukup untuk survival aja, tapi hati kecilku ternyata punya dorongan yang cukup kekeuh untuk mengajakku untuk terus merawat diri. Dengan begitu, sesi yoga reguler bisa terasa cukup menantang. wah tangan kaki rasanya gemeter, kepala pusing. Tapi rangkaiannya juga memberikan kekuatan baru dari babak demi babak. bagian tubuh yang sudah berupaya menahan akan terasa lebih ringan setelahnya.
Harta karun dari yoga somatic adalah ngobrol after session, menceritakan dan bertukar pandangan setelah mengalami sequence dari gerak yang telah dilakukan. Di awal latihan nafas, dalam fokus di tarikan dan hembusan, aku diingatkan untuk mengapresiasi jeda sebagai bagian dari proses, sesuatu yang sederhana dan forgiving untuk didengar. Simply beautiful
Hermit mode ku selama hampir tiga bulan terakhir ini ternyata memberikan efek sakit punggung yang sebegitu nyeri. Tadi, segala geraknya terasa menyapa punggung, bukan stretching yang berlebihan, hanya sapaan bahwa "I see you, I feel you", serta nafas dan latihan kekuatan di bagian tubuh penopang dada.
Mba Yuli yang juga notice pada kondisi selama ini bilang, bahwa ketika kita lagi dalam kondisi melindungi diri, coping machanism di tubuh adalah dengan banyak melindungi area dada.
Ga ada yang bisa maksa seseorang buat tiba-tiba membuka diri dan hatinya kembali, kalaupun bisa mungkin akan jadi ngga baik kan.. Maka, alih alih mendorong untuk 'membuka', pendekatan yang Ia lakukan dari sesi somatic kami adalah dengan menguatkan tangan dan kaki sebagai area penyangga.
Harapannya, ketika suatu hari hati ini sudah siap untuk terbuka kembali, tangan kaki ini juga sudah disusun kekuatannya sebagai fondasi.
Proses pendewasaan di babak hidup kali ini, yang terasa cukup berat di dalam, banyak menghadiahkan welas asih pada diri sendiri, mengajakku untuk menghargai dan memperlakukan diri dengan lebih manusiawi.
Komentar